DRAINASE PERKOTAAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan
penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan terhadap
ruang dan lingkungan
untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industry
yang selanjutnya menjadi
kawasan terbangun. Kawasan perkotaan
yang terbangun memerlukan
adanya dukungan prasarana dan
sarana yang baik
yang menjangkau kepada
masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.
Kerugian
yang ditimbulkan oleh genangan dan luapan air permukaan tidak hanya berakibat
pada aspek kenyamanan lingkungan (terutama pada pasca banjir) atau terganggunya
aktifitas kehidupan penduduk dan perkotaan secara umum, tetapi juga berpotensi
menimbulkan penyakit bagi masyarakat.
Masalah genangan
dan luapan yang terjadi kota Jambi
Kelurahan Theok dan sekitarnya lebih didominasi oleh faktor penyebab yang
alamiah, meskipun demikian kontribusi aktifitas masyarakat juga ikut
mempengaruhi seperti adanya kegiatan pemukiman, pembuangan sampah yang bermuara
didalam saluran drainase dan lain-lain.
Selain itu,
genangan dan luapan juga bisa disebabkan belum terciptanya sistem drainase yang
tertata dengan baik atau desain drainase yang ada dan
yang tidak lagi
sesuai dengan kondisi dan potensi luapan dan genangan yang terjadi (volume air
genangan dan luapan sudah lebih besar dibandingkan dengan kapasitas saluran
drainase).
Permasalahan Drainase Perkotaan yaitu banjir. Banjir merupakan kata yang
sangat popular di kota-kota besar, khususnya pada musim hujan, mengingat hampir
semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir.
Peristiwa banjir
hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai sekarang belum
terselesaikan bahkan cenderung meningkat, baik frekuensinya, kedalamannya
maupun durasinya.
Masalah-masalah
tersebut diatas memerlukan pemecahan pengelolaan yang diantaranya mencakup
bagaimana merencanakan suatu sistem drainase yang baik, membuat perencanaan
terinci. melakukan restrukturisasi institusi dan peraturan terkait, dan membina
partisipasi masyarakat untuk ikut memecahkan masalah drainase.
1.2 Kondisi Drainase Dan Permasalahan Yang Ada
1.2.1
Saluran Drainase Yang Ada
Sistem
drainase di Kelurahan Theok berasal dari beberapa sumber antara lain :
a.
Buangan dari rumah tangga
b.
Buangan dari perdagangan
c.
Buangan dari industry sedang maupun
ringan
d.
Buangan dari pendidikan
e.
Buangan dari kesehatan
f.
Buangan dari tempat peribadatan
g.
Buangan dari sarana rekreasi
Jenis
drainase yang ada di lokasi kajian sekarang merupakan jenis drainase alamiah
dan buatan, dimana jaringan drainase buatan terdapat pada lokasi perumahan,
kawasan industry, taman, jalan raya dan sarana umum lainnya. Struktur Jaringan
drainase buatan merupakan struktur dari beton atau pasangan bata merah dan
plesteran,sedangkan jaringan drainase alamiah merupakan jaringan drainase yang
telah ada. hasil dari run off air pada saat hujan pada daerah-daerah atau lahan
kosong yang lebih rendah, secara umum jaringan ini merupakan parit –parit atau
anak sungai yang telah ada di lokasi .
Aliran
pembuangan dari drainase buatan yang bersumber dari pemukiman, kawasan
industry, jalan raya dan lainnya, menuju ke saluran drainase alamiah yang
terdekat dengan aliran pembuangan tersebut.
1.2.2 Bangunan
Pelengkap
Selain saluran drainase, di lokasi
kajian juga ditemukan bangunan-bangunan pelengkapan yang terdapat pada saluran
drainase baik saluran tersier, sekunder dan drainase primer, yaitu
Gorong-gorong, jembatan dan bangunan pelengkap lainnya.
Untuk lebih jelasnya jaringan saluran drainase yang
ada ditampilkan pada peta halaman berikut :
Kondisi
saluran drainase yang telah disebut diatas pada umumnya secara struktur masih kuat
dan mampu mengalirkan aliran pembuangan.Tetapi daya tampungnya sudah tidak
memadai akibat dari sedimentasi dan pembuangan sampah ke saluran.
Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan meluapnya saluran drainase pada saat hujan turun,
karena tidak mampu menampung run off atau aliran permukaan akibat hujan dan
tambahan pembuangan dari saluran drainase sebelumnya.
Sehingga akan
mengakibatkan terjadinya banjir di lokasi saluran yang tidak dapat menampung
aliran pembuangan tersebut.
1.3 Maksud Dan Tujuan
Maksud
dari penulis tentang kajian Sistem drainase ini adalah mendesain daerah
tangkapan (catchment area) sehingga tidak mengalir kedaerah banjir.
Tujuannya
untuk mengkaji bagaimana Sistem drainase yang baik agar tidak menggangu
aktifitas Masyarakat, dan merencanakan pembangunan jaringan drainase serta
mengoptimalisasikan fungsi Drainase di Kota Jambi yang rawan banjir khususnya
di Kelurahan Theok.
1.4
Manfaat Kajian
Adapun Manfaat kajian tersebut
adalah :
1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan tentang
Perencanaan saluran drainase pada sebuah pemukiman baik bagi instansi terkait,mahasiswa
UNBARI, maupun Pribadi.
2.
Menambah referensi pustaka dan wawasan sebagai bahan bacaan tentang Sistem drainase,
yang bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Teknik.
3. Upaya
memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat khususnya yang bermukim dilokasi
tersebut.
1.5 Batasan Masalah
Dalam Penulisan tugas akhir ini permasalahan
dibatasi berdasarkan data yang
diperoleh sebagaimana hal dibawah ini :
1.
Jaringan
Drainase direncanakan mencakup daerah tangkapan (cacthment Area)
2.
Seluruh
daerah tangkapan diasumsikan memiliki karesteristik yang sama.
3.
Penulis
membatasi perhitungan sesuai dengan data yang didapat dari BMKG, (Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) dan BPS (Badan Pusat Statistik) tentang
lokasi yang ditinjau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Uraian
Umum
Kota merupakan pusat budaya, dan pusat aktipitas kebanyakan manusia. Selain dapat merefleksikan vitalitas dari berbagai umat
manusia, juga melambangkan kemajuan sosial dan ekonomi.
Dikota ribuan orang bahkan jutaan orang menikmati
berbagai fasilitas umum, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan, rekreasi, pekerjaan, pendidikan, dan
berpartisipasi dalam menegakan demokrasi
kota juga merupakan tempat pemusatan atau cabang kekuatan politik dan
ekonomi serta menjadi motor pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Pola-pola sosial
ekonomi yang berkembang telah mengakibatkan terjadinya peningkatan terpusat
pada wilayah perkotaan.Menurut perkiraan, lebih dari setengah umat manusia
tinggal diwilayah perkotaan.(Eko Budihardjo,2003)
Sementara kota-kota di Indonesia pada umumnya berkembang secara bebas,
tanpa dilandasi perencanaan
kota menyeluruh, kecuali pada kota-kota baru
yang memang direncanakan sejak
awal, kota-kota tidak betul-betul
dipersiapkan atau direncanakan untuk
dapat menampung pertumbuhan penduduk yang besar dalam kurun
waktu yang sangat singkat.
Oleh karena itu, bukanlah suatu pemandangan yang aneh bila kota-kota besar
di Indonesia menampilkan rekontruksi yang timpang. Di suatu sisi terlihat
perkembangan pembangunan yang serba mengesankan disepanjang tepi jalan utama
kota. Namun dibalik semua keagungan itu, nampak menjamurnya lingkungan kumuh.
Dengan sarana dan prasarana yang sangat tidak memadai untuk mendukung
kelangsungan kehidupan manusia yang berbudaya.(Eko Budihardjo,
1993)
2.2
Drainase
2.2.1
Pengertian Drainase
Menurut
Suripin, (2004) ada beberapa pendekatan konsep-konsep drainase perkotaan yang
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Sistem drainase adalah suatu bentuk
jaringan saluran berikut bangunan pelengkapnya yang berfungsi menyalurkan air hujan
pada suatu kawasan hingga kebadan air penerima.
2. Drainase
perkotaan adalah suatu bentuk jaringan
saluran yang mengaliri air hujan dan air buangan masyarakat dikawasan perkotaan.
3. Genangan
adalah istilah praktis dilapangan untuk mengambarkan air hujan pada suatu
kawasan yang melimpah dari saluran yang tidak dapat menampung dan menggenangi
areal-areal tertentu.
4. Banjir
adalah air yang melimpah dari badan air / sarana pengendali banjir yang tidak
mampu mengalirkannya sehingga menggenangi kawasan tertentu.
Menurut Chay Asdak(1995)banjir dalam
bahasa populernya adalah sebagai aliran atau genangan air yang dapat
menimbulkan kerugian ekonomi bahkan menyebabkan kehilangan korban jiwa.Sedangkandalam istilah teknis banjir
adalah aliran air sungai yang mengalir melampaui kapasitas tampungan air sungai
dan menggenangi daerah sekitarnya, drainase Pemukiman merupakan sarana dan
prasarana di pemukiman untuk mengalirkan air hujan, dari suatu tempat ke tempat
lain.
Menurut Sinulingga (1999) saluran
drainase merupakan prasarana yang
melekat dengan lingkungan pemukiman, yang digunakan untuk menjaga agar
Lingkungan tidak digenangi oleh air hujan. Kalau kita mengikuti air hujan yang
hendak dibuang sebelum sampai ke laut maka kita akan meneliti sistem drainase
yang agak kompleks. Maka dari itu
akan ditinjau juga sistem drainase secara keseluruhan.
2.2.2Jenis Drainase
Drainase menurut sejarah terbentuknya, dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Drainase
Alamiah
Drainase AlamiahAdalah drainase yang terbentuk secara
alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan batu atau beton, gorong-gorong. Saluran
ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun
membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
2. Drainase
Buatan
Adalah drainase yang dibuat dengan
maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti
selokan pasangan batu atau beton
gorong-gorong dan pipa.
2.3 Drainase
Perkotaan
Semua kota besar mempunyai sistem drainase untuk
pembuangan air hujan dimana itu memerlukan biaya yang cukup besar. Aliran
permukaan yang terkumpul dijalan dialirkan melalui lobang-lobang pemasukan (Inlet)
kedalaman saluran riool air hujan dibawah permukaan jalan, untuk kemudian di
buang kedalam sungai, danau atau laut. Pembuangan sedapat mungkin dilakukan
secara gravitasional, apabila tidak mungkin maka digunakan sistim pemompaan.
Desain akhir
memerlukan peta rinci dari daerah perkotaan yang memuat semua sarana dibawah
tanah yang telah ada saluran gas, air, listrik, telepon dan air kotor, juga lokasi bangunan gedung, saluran
air, jalan kereta api dan lain– lain.
2.4 Drainase lahan
Drainaselahan bertujuan membuang kelebihan air
permukaan dari suatu daerah atau menurunkan muka air tanah sampai dibawah
daerah akar, untuk memperbaiki tumbuhnya tanaman atau mengurangi akumulasi
garam-garam tanah. Diterapkan untuk pertanian dan perkebunan. Dalam banyak hal
mirip dengan drainase air hujan untuk daerah pedesaan, saluran terbuka
digunakan sebagai saluran drainase, baik untuk aliran permukaan maupun untuk
aliran bawah tanah.
Drainase
lahan biasanya diterapkan di daerah yang sangat datar, misalnya di daerah
pasang surut atau daerah rawa. Oleh
karena itu sarana pembuangan air biasanya dilengkapi dengan pintu-pintu
pengendalian pasang surut atau peralatan pompa.
2.5 Drainase
Jalan
Perencanaan dan pelaksanaan pembuatan jalan telah lama
menyadari bahwa kehadiran air didalam disekitar badan perkerasan jalan akan
mempercepat turunnya kekuatan/kehancuran jalan. Meskipun demikian, jarang
terdapat jalan yang dilengkapi dengan drainase yang baik. Hal ini disebabkan
oleh adanya anggapan bahwa metode perencanaan yang didasarkan pada hasil
eksperimen terhadap subgrede, subbese yang jenuh air, sudah otomatis
memperhitungkan pengaruh- pengaruh akibat air yang ada didalam/disekitar
perkerasan jalan. Pengamatan dan penelitian mutakhir menyimpulkan bahwa
perkerasan jalan lebih cepat rusak akibat pengaruh air disekitar struktur
jalan, ketimbang akibat bertambahnya volume lalu lintas. Dengan demikian, maka
didalam perencanaan pembuatan/pemeliharaan jalan, hendaknya sarana drainase
diberi perhatian yang sama besarnya seperti perkerasan jalan dan sarana-sarana
jalan lainya.
2.5.1
Sistem
Saluran Drainase
1.
Sistem
Drainase Permukaan
Pada
sistem ini, limpahan air dari daerah yang diperkeras dari daerah yang tidak
diperkeras ditampung dan dibawa keluar oleh saluran drainase permukaan. aliran
pada permukaan akan tersaring oleh limpasan vegetatif (Jenis Rerumputan)
kecepatanlimpasanaliransungai,pengurangankecepatanini sangat menguntungkan,
tapi pada kondisi tertentu permukaan saluran harus diperkeras untuk mencegah
erosi didalam saluran.
2.
Sistem
Drainase Bawah Tanah Tertutup
Sistem drainase bawah tanah tertutup menerima
limpasan daerah yang diperkeras maupun daerah yang tidak diperkeras dan
membawanya kesebuah pipa/roil keluar dari posisi tapak (saluran permukaan atau
sungai) kesistem drainase kota.
Keuntungan
utama sistem drainase ini adalah bahwa volume dan kecepatan limpasan
menimbulkan erosi pada tapak. keterbatasan utama sistem ini adalah bahwa
kecepatan limpasan meningkat dan biasa tidak tersaring dari limpasan. akibat
dari hal tersebut limpasan yang dikeluarkan dari sistem dapat mengakibatkan
sistem akan rentan terhadap erosi dan sedimen.
3.
Sistem
drainase bawah tanah tertutup dengan tempat
penampungan pada tapak.
Sistem
drainase memiliki keuntungan seperti sistem drainase tertutup. bahwa tanah yang
menggunakan pengendalian erosi pada tapak, tetapi kerusakan dalam tapak dapat
dihindari. Selain sekedar memperlambat dampak erosi dan sendimentasi dari
sistem drainase tertutup.
Maka sistem pelepasan limpasan yang dikendalikan oleh
tempat penampungan didalam tapak sangat
mengurangi dampak tersebut.
4.
Sistem kombinasi drainase tutup untuk daerah yang
diperkeras dan drainase untuk daerah yang tidak diperkeras.
Pada
sistem ini limpasan ruang terbuka
dikumpulkan didalam saluran drainase tertutup. Karena sistem drainase
tertutup menerima limpasan dari daerah yang luasnya terbatas, maka
resiko erosi dan sedimentasi pada titik
pelepasan akan cenderung
kurang dibandingkan dengan sistem tertutup untuk menyalurkan air dari
sebuah tapak. Limpasan dan saluran
tertutup dapat dialirkan ke sistem drainase permukaan. Sistem drainase
yang dipilih berpengaruh langsung terhadap pengendalian erosi dan sendimentasi.
2.5.2 Fungsi Drainase
Ada beberapa fungsi dari saluran drainase, diantaranya :
1.
Membebaskan
suatu wilayah (terutama yang padat pemukiman) dari genangan air, erosi dan
banjir.
2.
Kegunaan
tanah pemukiman padat akan menjadi lebih baik karena terhindar dan kelembaban.
3.
Dengan
sistem yang baik, tata guna lahan akan dapat dioptimalkan dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan
struktur tanah untuk jalan dan bangunan.
2.6 Banjir
Banjir adalah dimana
suatu daerah dalam keadaan
tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Banjir merupakan
salah satu masalah yang seriusbagi sebagian kota Indonesia. Khususnya pada musim hujan. Terutama hujan-hujan
besar sehingga kota menjadi tergenang yang sangat mengganggu aktivitas sosial dan pemerintahan serta menimbulkan kerugian yang
sangat besar bagi
masyarakat dan pemerintah kota.
2.6.1
Penyebab
Banjir
Menurut kodoatie dan sugiyanto, 2002, banjir dan genangan
yang terjadi di suatu lokasi di akibatkan oleh :
1.
Perubahan
tata guna lahan (land-use) di daerah
aliran sugai (DAS)
2.
Pembuangan
sampah
3.
Erosi
dan sendimentasi
4.
Kawasan
kumuh di sepanjang sungai/drainase
5.
Perencanaan
sistem pengendalian banjir tidak tepat
6.
Curah
hujan
7.
Pengaruh
Fisiografi/geofisik sungai
8.
Kapasitas
sungai dan drainaseyang tidak memadai
9.
Pengaruh
air pasang
10. Penurunan tanahdan rob(genangan akibat pasang air laut)
11. Drainae lahan
12. Bendung dan bangunan air
13. Kerusakan bangunan pengendalian banjir.
Bilamana
diklasifikasikan oleh tindakan manusia dan oleh alam maka penyebab banjir dapat
disusun antara lain:
A. Penyebab
Banjir akibat Manusia
Yang termasuk sebab-sebab
banjir karena antara lain :
1. Perubahan tata guna lahan
2. Pembuangan sampah
3. Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase
4. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
5. Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang air laut)
6. Tidak berfungsinya Drainae lahan
7. Bendung dan bangunan air
8. Kerusakan bangunan pengendalian banjir.
B. Penyebab Banjir akibat Alam
Meliputi semua kegiatan yang
menghambat aliran maupun memperbesar limpasan permukaan berikut. :
1. Erosi dan sendimentasi
2. Curah hujan
3. Pengaruh Fisiografi/geofisik sungai
4. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai
5. Pengaruh air pasang
6.
Penurunan
tanah dan rob
7. Drainase lahan.
2.7
Sistem Drainase
2.7.1
Sistem
Drainase Kota
Menurut Sinulingga (1999) sistem drainase kota sering
disebut sistem tulang daun, yaitu terdiri dari saluran utama (sungai atau kanal) sebagai saluran
pembawa air hujan ke laut, saluran pengumpul dan saluran lokal. Jenis-jenisnya
hampir serupa dengan jaringan jalan.
Saluran utama
terdiri dari sungai-sungai yang melewati kota, dan apabila tidak ada sungai
atau jumlah tidak mencukupi maka harus dibuat kanal buatan yang biasanya hampir
menyerupai sungai untuk membawa air hujan itu kelaut, saluran utama fungsi
melayani hampir seluruh bagian wilayah kota sehingga kekurangan pada saluran
ini akan berdampak sangat luas dari bagian wilayah kota.
Selanjutnya saluran
yang membawa air menuju sungai (saluran
utama) dinamakan saluran pengumpul,yang biasa terdiri dari anak sungai
atau saluran buatan yang dapat terbuka dan tertutup.Saluran pengumpul ini
melayani lingkungan.pemukiman dan diameternya dapat besar sekali.
tergantungluasnya kota.
Terkadang saluran
pengumpul ini di bagi dua macam yaitu saluran pengumpul besar yang langsung
menuju sungai dan saluran pengumpul kecil yang mengalirkan airnya menuju
pengumpul yang besar. Saluran yang melayani lingkungan permukiman pada tiap
polder. Yang dimaksud dengan polder adalah
saluran lokal yang dapat berbentuk saluran terbuka dan tertutup agar
tidak menggangu aktipitas manusia yang sangat pesat.
Untuk merencanakan
dimensi saluran drainase masing-masing sistem memerlukan debit rencana banjir
yang akan terjadi, karakteristik daerah aliran dan koefisien aliran permukaan.
2.7.2. Sistem
Drainase Pemukiman
Drainase pemukiman
merupakan sarana dan prasarana di pemukiman untuk mengalirkan air hujan dari
suatu tempat ke tempat yang lain. Pengembangan pemukiman diperkotaan yang
demikian pesatnya, mengakibatkan makin berkurangnya daerah resapan air hujan.
Karena meningkatnya luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan dan mengakibatkan
waktu berkumpulnya air hujan lebih
pendek, sehingga akumulasi air hujan yang terkumpul malampaui
bataskapasitas drainase yang ada. Hal ini sering ditunjukan dengan terjadi air
yang meluap dari saluran drainase baik perkotaan maupun pemukiman secara khusus
sehingga terjadinya genangan air.
Permasalahan
yang timbul berkaitan dengan drainase pemukimandapat dilihat pada halaman berikut :
1 Berkurang atau tidak mempunyai saluran
drainase yang ada mengalirkan agar limpasan air permukaan. Karena berubahnya
fungsi atau guna lahan dan pesatnya pertumbuhan daerah pemukiman.
2 Saluran
drainase yang ada tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena ada bagian saluran yang tertutup atau saluran
yang menyempit.
3 Timbul genangan air di bawah permukaan.
2.8
Analisa Curah Hujan
Hujan terjadi karena adanya perpindahan massa air basah
ketempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya beda tekanan udara antara dua
tempat yang berbeda tingginya.
Menurut Suripin
(2004) karakteristik hujan termasuk paling penting untuk diketahui dalam
analisis dan perencanaan hydrologi meliputi itensitas hujan yang biasanya
dinyatakan dalam mm / jam. Jumlah hujan dalam satuan waktu misalnya harian,
mingguan, bulanan maupun tahunan. Demikian juga distribusi hujan dalam ruangan
dan waktu memerlukan hal penting yang perlu dipahami.
Perhitungan
dan hujan maksimum harian rata-rata DAS harus dilakukan secara benar untuk
analisis frekwensi data hujan. Dalam praktek sering kita jumpai perhitungan
yang kurang pas, yaitu dengan mencari hujan maksimum dalam setiap pos hujan
selama satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan DAS, cara
ini tidak logis karena rata-rata hujan dilakukan atas hujan dari masing-masing
pos hujan yang terjadi pada hari yang berlainan.
2.8.1
Intensitas
Hujan
Intensitas curah hujan adalah derasnya hujan yang jatuh
pada luas daerah tadah hujan tertentu yang juga merupakan laju rata-rata yang
lamanya sesuai dengan besarnya waktu kosentrasi dan frekwensi kejadiannya.
Ukuran deras hujan jatuh adalah akumulasi tinggi hujan pada jangka waktu
(menit) tertentu yang dinyatakan dalam satuan mm / menit.
Ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu periode
waktu dimana air hujan tersebut berkonsentrasi, mencapai ketinggian maksimum
kemudian menurun Besarnya ketinggian hujan tersebut diperoleh berdasarkan periode
ulang tertentu dengan hasil curah hujan harian maksimum.dengan merubah curah
hujan harian maksimum.
2.9 Perencanaan Saluran Drainase Pemukiman
2.9.1 Debit Rencana
Langkah Pertama yang dilakukan
adalah mendapatkan volume air hujan, dan informasi tentang kondisi tanah serta
perkiraan kemungkinan pengembangan yang akan datang. Aliran air hujan ini akan
tergantung kepada Intensitas hujan, jenis tanah,permukaan tanah dimana air
hujan akan lewat, kemiringan tanah, besarnya kelembaban tanah, dan besarnya wilayah
tangkapan.
2.9.2 Koefesien Pengaliran
Koefesien
Pengaliran merupakan nilai banding antara bagian hujan yang berbentuk limpasan
langsung dengan hujan lokal yang terjadi.Besarnya ini dipengaruhi oleh tata
guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah. Pemilihan koefesien pengaliran harus memperhatikan
kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan di kemudian hari.
2.9.3 Kemiringan Dinding Saluran
Kemiringan dasar saluran adalah kemiringan dasar saluran arah
memanjang dimana umumnya dipengaruhi oleh kondisi topografi serta tinggi
tekanan yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan kecepatan yang
diinginkan.
Kemiringan Dasar saluran maksimum yang diperbolehkan
adalah 0,005-0,008 tergantung pada bahan saluran yang digunakan.
2.9.4 Kecepatan
Aliran
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan
terkecil yang tidak menimbulkan pengendapan dan tidak merangsangnya pertumbuhan tanaman.
Pada
umumnya dalam praktek, kecepatan sebesar 0,60-0,90 m/det. dapat digunakan
dengan aman apabila lumpur yang ada di
air cukup kecil. Kecepatan 0.75 m/det bisa mencegah tumbuhnya tanaman dan
memperkecil daya angkut saluran.
2.9.6 Bentuk-Bentuk Saluran
1. Trapesium Bentuk Trapesium
2. Empat Persegi Panjang
3. Bentuk Lingkaran, Parabol dan Bentuk Telur
4. Tersusun
2.10 Bangunan-Bangunan
Sistem Saluran Drainase
Bangunan- bangunan
pada sistem saluran drainase adalah bangunan-bangunan struktur dan
bangunan-bangunan non struktur .Bangunan Struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan
perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu, Contohnya antara lain dapat dilihat
pada halaman berikut :
1.
Bangunan
rumah pompa adalah suatu kawasan bangunan yang berfungsi untuk menaikan air.
2.
Bangunan
tembok penahan adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
erosi oleh arus air tersebut.
3.
Bangunan
terjun adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menghindari kecepatan terlalu
tinggi, sehingga kemiringan dasar saluran dapat dibuat lebih landai.
4.
Jembatan
adalah suatu fasilitas umum yang sering dijumpai dilapangan dan perlu
disesuaikan pada saat pelaksanaan kontruksi saluran drainase.
Bangunan non strukturadalah bangunan pasangan atau tanpa
pasangan yang tidak disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu
yang biasanya berbentuk siap pisang, Contoh nya pada halaman berikut :
1.
Saluran
Kecil tertutup adalah saluran yang tertutup misalnya terowongan, pipa, siphon
dan gorong-gorong.
2.
Tembok
talud saluran adalah suatu tembok yang diperlukan untuk memperkuat dan menjamin
supaya dinding tidak longsor.
3.
Man-hole/bak
kontrol ukuran kecil adalah suatu alat yang digunakan untuk memeriksa saluran
dan pembersih apabila terjadi penyumbatan.
4.
Steetn
Inlet adalah suatu pengaliran air dalam gorong-gorong yang memerlukan energi
untuk mendorong air melewatinya.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Gambaran Umum
Perencanaan
Saluran Drainase Kelurahan Theok Kota Jambi dimaksudkan untuk menghasilkan
suatu dokumen perencanaan penanggulangan banjir/genangan di lokasi perencanaan.
untuk menghasilkan suatu perencanaan yang lengkap maka diperlukan data-data
sebagai berikut :
3.1.1 Secara Geografi
Provinsi
Jambi terletak di daerah khatulistiwa antara 0.45° garis Lintang Utara 2.45° garis Lintang Selatan dan 101.10° sampai 104.55° Bujur Timur.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Curah hujan
4.1.1 Perhitungan Curah Hujan Harian Rencana
Dengan Metode Gombel
Tabel 4.1
Data Curah Hujan Kota Jambi
TAHUN
|
BULAN
|
|||||||||||
JAN
|
FEB
|
MAR
|
APR
|
MEI
|
JUN
|
JUL
|
AGT
|
SEPT
|
OKT
|
NOV
|
DES
|
|
2003
|
231
|
307
|
175
|
220
|
77
|
2
|
79
|
220
|
189
|
284
|
140
|
347
|
2004
|
379
|
175
|
366
|
204
|
159
|
47
|
79
|
13
|
67
|
216
|
247
|
259
|
2005
|
76
|
117
|
264
|
100
|
210
|
144
|
144
|
179
|
228
|
238
|
338
|
260
|
2006
|
166
|
329
|
272
|
260
|
186
|
145
|
98
|
143
|
118
|
52
|
156
|
171
|
2007
|
211
|
92
|
234
|
293
|
217
|
104
|
211
|
199
|
86
|
238
|
101
|
238
|
2008
|
185
|
98
|
331
|
258
|
82
|
27
|
69
|
245
|
105
|
202
|
304
|
322
|
2009
|
118
|
342
|
194
|
177
|
122
|
117
|
60
|
155
|
163
|
171
|
345
|
334
|
2010
|
112
|
290
|
204
|
220
|
279
|
168
|
389
|
346
|
262
|
373
|
334
|
112
|
2011
|
323
|
164
|
227
|
268
|
279
|
86
|
146
|
30
|
36
|
248
|
286
|
212
|
2012
|
136
|
143
|
222
|
244
|
266
|
53
|
108
|
55
|
53
|
277
|
150
|
223
|
(Sumber :
Stasiun Meteorologi Sultan Thaha Jambi. 2013)
Tabel 4.2
Perhitungan Metode Gumbel
NO
|
TAHUN
|
Xi
|
|
|
|
1
|
2003
|
189,33
|
191,22
|
-1,8942
|
3,588
|
2
|
2004
|
184,06
|
191,22
|
-7,1608
|
51,278
|
3
|
2005
|
191,34
|
191,22
|
0,1225
|
0,015
|
4
|
2006
|
174,60
|
191,22
|
-16,6192
|
276,197
|
5
|
2007
|
185,18
|
191,22
|
-6,0358
|
36,431
|
6
|
2008
|
185,84
|
191,22
|
-5,3775
|
28,918
|
7
|
2009
|
191,56
|
191,22
|
0,3392
|
0,115
|
8
|
2010
|
257,37
|
191,22
|
66,1475
|
4.375,492
|
9
|
2011
|
192,08
|
191,22
|
0,8642
|
0,747
|
10
|
2012
|
160,83
|
191,22
|
-30,3858
|
923,299
|
1.912,192
|
5.696,078
|
∑Xi = 1.912.192
= 5.696.078
N = 10
= ∑Xi / N
= 1.912.192 / 10
= 191.22
Yn = 0.4952 ………..Tabel Reduced Mean
Sn = 0.9496 ……….Tabel Reduced Standard Deviation
SD =
=
= 25.157
Keterangan
:
Xi =
Nilai rata-rata curah hujan pertahun
N =
Pengamatan pertahun
SD =
Standar Deviasi
Sumber
: Hasil perhitungan
4.2 Perhitungan debit rencana
Berdasarkan gambar yang ada dan
analisa hujan yang ada maka
akan di coba menganalisa lebih lanjut besarnya debit hujan rencana
,dalam perhitungan akan di gunakan rumus rasional untuk DAS yaitu :
Q =
0.278 (IT) ∑ Ai
Ci)
(Sumber : Djoko Asmoro,Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan , tahun 1990, halaman 6)
Dimana
Ci = Koefesien
limpasan sub daerah pengaliran Kei
Ai = Luas
sub daerah pengaliran ke i
I = Intensitas
curah hujan
Daerah
pengaliran Drainase mempunyai luas 274 Ha yang terdiri dari 35% hutan
bergelombang dan 65% hutan berbukit
Panjang Drainase utama yang telah di ukur di gambar adalah
2.7 km. Intensitas curah hujan rencana 10 tahun adalah 1074,872995.
Maka debit
rencana untuk periode 10 tahun waktu kosesntrasi pada Drainase utama adalah :
Diketahui :
Luas
daerah pengaliran (DAS)= 274 HA = 2.74 km2
Nilai
c untuk hutan bergelombang = 0.50
Nilai
c untuk lahan berbukit= 0.80
Intensitas curaah
hujan (I10)=
1074,872995mm/jam
∑ Ai Ci)
= (35% x 2.74km2 x 0.50) +
(65%x2.74km2x0.80)
= 1.90 km2
Dengan memasukkan nilai ∑
Ai Ci)dan nilai (I10) maka di peroleh debit rencana 10 tahun
(Q10) = 0.278 (I 10) ∑ Ai Ci)
=0.278x 1074,872995x 1.90 km2
=567.748m3/detik
Panjang
drainase
utama yang telah diukur (L) = 2.7 km
Kemiringan
rata-rata (S) = 0.0521
=
0.4 Jam
Kesimpulan
:
Jadi debit (Q) rencana dengan
periode 10 tahun dengan intensitas curah hujan1074,872995adalah567.748m3/detik
Dan waktu kosentrasi pada drainase
utama adalah : 0.4jam
Komentar
Posting Komentar